Kau tahu rasanya kecewa?
Seperti kamu di terbangkan tinggi-tinggi lalu kamu di jatuhkan dengan-dan tanpa
ba-bi-bu. Itu pasti
hambar dan menyebalkan bukan?
Menyedihkan, memang.
Namun bagi kamu yang terlalu sering mendapati kecewa, mungkin saja kamu tak
akan berkecil hati begitu menerimanya.
Baiklah, kamu yang seperti itu merupakan manusia yang beruntung. Karena kamu
memiliki sebuah hati yang kebal dengan rasa yang sejatinya tak pernah lepas dari setiap yang bernapas; Kecewa.
Pun dengan harapan yang
selalu berdampingan dengan kecewa. Dia adalah sebuah ingin bermohonkan dapat. Pabila kamu telah berhadapan dengan dia, dan yang kamu
dapati malah kecewa, kamu pasti merasakan bagaimana kamu diperlakukan malang. Kecuali
bagi kamu pememiliki hati yang lapang dan berbesar sabar. Baiklah aku katakan sekali
lagi. kamu adalah manusia pilihan yang telah ditentukan oleh alam. Kamu mungkin akan berpikir darimana aku bisa tahu semua
itu. Tentu
saja aku tahu. Karena aku adalah bagian dari manusia-manusia itu. Menelan riang sebuah harap yang kemudian berujung kecewa.
Namun
sayang, aku kira aku belum termasuk dalam kategori manusia pilihan alam yang
kusebutkan tadi.
Aku pernah kecewa. Karena aku pernah dan bahkan sering menyelaminya. Aku tahu sebab
dari persoalan itu, semua karena aku terlalu berharap pada sesuatu yang
sebenarnya tak kuketahui apakah akan aku dapat.
Bukankah seperti itu? Aku mendapati sebuah kecewa tidak lain melainkan aku
terlalu berharap? Seimbang.
dikutip dari cerpen Aksara Yang Hilang, 2015