Tuesday 25 August 2015

Kepadamu yang Terlalu Luka sebab Kecewa



Kau tahu rasanya kecewa? Seperti kamu di terbangkan tinggi-tinggi lalu kamu di jatuhkan dengan-dan tanpa ba-bi-bu. Itu pasti hambar dan menyebalkan bukan? Menyedihkan, memang. Namun bagi kamu yang terlalu sering mendapati kecewa, mungkin saja kamu tak akan berkecil hati begitu menerimanya. Baiklah, kamu yang seperti itu merupakan manusia yang beruntung. Karena kamu memiliki sebuah hati yang kebal dengan rasa yang sejatinya tak pernah lepas dari setiap yang bernapas; Kecewa.
Pun dengan harapan yang selalu berdampingan dengan kecewa. Dia adalah sebuah ingin bermohonkan dapat. Pabila kamu telah berhadapan dengan dia, dan yang kamu dapati malah kecewa, kamu pasti merasakan bagaimana kamu diperlakukan malang. Kecuali bagi kamu pememiliki hati yang lapang dan berbesar sabar. Baiklah aku katakan sekali lagi. kamu adalah manusia pilihan yang telah ditentukan oleh alam. Kamu mungkin akan berpikir darimana aku bisa tahu semua itu. Tentu saja aku tahu. Karena aku adalah bagian dari manusia-manusia itu. Menelan riang sebuah harap yang kemudian berujung kecewa. Namun sayang, aku kira aku belum termasuk dalam kategori manusia pilihan alam yang kusebutkan tadi.
Aku pernah kecewa. Karena aku pernah dan bahkan sering menyelaminya. Aku tahu sebab dari persoalan itu, semua karena aku terlalu berharap pada sesuatu yang sebenarnya tak kuketahui apakah akan aku dapat. Bukankah seperti itu? Aku mendapati sebuah kecewa tidak lain melainkan aku terlalu berharap? Seimbang.
 dikutip dari cerpen Aksara Yang Hilang, 2015

Friday 21 August 2015

Kemudian....


Suatu ketika, ada seorang perempuan yang hatinya tertutup begitu rapat. Karena pada sempat dia pernah terlibat dengan pekat yang memeluknya erat-erat. "Sebuah rasa penuh laknat." katanya.
Jadi begini ceritanya, sebenarnya dahulu dia adalah penjaga hati untuk seorang lelaki. Mereka bersepakat untuk saling menjaga hati. Saling melindungi agar tak pergi-pergi. Ketika mereka bertemu sua. Satukan rindu yang merajalela. Membalas budi jarak yang membuat sengsara rindu mereka. Bukannya suka yang meningkahi mereka. Melainkan malah pertentangan menyeletukinya. Perempuan itu memergoki foto mesra lelakinya dengan perempuan lain selain dirinya pada dompetnya. "Itu sepupu aku. Jangan khawatir. Aku tak akan beranjak dari kamu." tukas lelaki itu ketika ditanyai perempuannya.
Perempuan itu tidak percaya.
Beberapa hari berlalu kemudian. Rasa yang begitu hangat mendekap erat pada perempuan itu tiba-tiba membakarnya dengan cepat. Bukan lagi hangat yang ia rasa, melainkan panas dengan kobaran api yang membara. Perempuan itu benar-benar melihat lelakinya menggandeng mesra perempuan lain selain dirinya. "Selama ini…. Ah, sia-sia". Begitu dia kata mengakui kebodohannya, pada akhirnya.

Thursday 20 August 2015

Secangkir Kopi Susu dengan Kamu

Ada yang berbeda pada seduhan kopiku malam ini. Aroma dan cita rasanya sengaja agar tak kubiarkan seperti kemarin– hanya hitam dengan takaran gula setengah sendok seperti biasa. Kali ini kubiarkan kopiku bercumbu dengan susu dan takaran gula sesendok penuh. Terlalu manis, buatku, memang. Malahan, Kali ini… lidahku nyaris tak peka terhadap pahitnya kopiku, yang seperti biasanya. Berbeda. Manis.

Sudah kubilang, malam ini, ada yang berbeda dari kopiku. Maka, Tak kubiarkan aku meneguk habis cangkir kopiku….tanpa sisa. Bukan! Bukan karena aku tak suka. Melainkan karena aku tak ingin membiarkan malamku berlalu begitu cepat malam ini. Maka, tak kan kubiarkan habis kopiku tanpa sisa di malam (red. Yang berbeda) ini… seperti halnya nasib kopi-kopiku pada malam-malam biasanya.

Hambar

Rembulan kembali tersenyum.
Sementara itu, aku masih bersembunyi di balik simpul senyumnya.
Tak ada makna yang dapat terucap.
Hanya prasangka dan dugaan belaka.
Ada yang istimewa.
Namun tak ada yang istimewa.
Ada yang perlu di gugu untuk rasakan.
Namun tak ada yang perlu untuk di gugu apa lagi sampai di rasakan..
Serba semu, aku rasa. Hambar adalah rasanya.
Tak ada yang istimewa, rupanya....
Sedangkan di balik semburatnya, aku kehabisan kata-kata.
Yang pernah di indahkan hanyalah rayuan belaka, tak di nyana.
Sampai aku baru benar-benar paham.
Semua yang ku rasa hanya menghadirkan resah, dan mendatangkan gundah dengan pilu yang merekah.
Ini semua terlampau..... perih.
Salatiga, Agustus 2015

Wednesday 19 August 2015

Kali Pertama untuk Aksara Yang Hilang

Waktu itu misterius. Semau-maunya.
Terkadang ia sangat berbaik hati kepada para pemainnya namun ia juga sangat jahat pada pemerannya.
Waktu itu membingungkan.
Kadang-kadang ia berjalan begitu lambat ketika para wayangnya terisak memilukan, pun dia berlari begitu cepat pada saat para wayangnya bersuka ria.